Geografi
Kabupaten Aceh Tengah berada di kawasan Dataran Tinggi Gayo. Kabupaten lain yang berada di kawasan ini adalah Kabupaten Bener Meriah serta Kabupaten Gayo Lues. Tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren, dan Simpang Tiga Redelong. Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang sangat indah. Pada masa lalu daerah Gayo merupakan kawasan yang terpencil sebelum pembangunan jalan dilaksanakan di daerah ini.Sejarah
Zaman Penjajahan BelandaKedatangan kaum kolonial Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan Tanah Gayo yang sangat cocok untuk budidaya Kopi Arabika, Tembakau dan Damar. Pada periode itu wilayah Kabupaten Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial Belanda tersebut di kawasan Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan Kopi dan Damar. Sejak saat itu pula kawasan Takengon mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi Dataran Tinggi Gayo, khususnya Sayuran dan Kopi.
Zaman Penjajahan Jepang
Sebutan Onder Afdeeling Takengon di era kolonial Belanda, berubah menjadi Gun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Gun dipimpin oleh Gunco.
Zaman Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi kabupaten. Aceh Tengah berdiri sebagai satuan administratif pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-Oendang Nomor 10 Tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 (Darurat) Tahun 1956. Wilayahnya meliputi tiga kawedanan, yaitu Kawedanan Takengon, Kawedanan Gayo Lues, dan Kawedanan Tanah Alas.
Potensi
PendidikanKabupaten Aceh Tengah memiliki sebuah universitas yang bernama Universitas Gajah Putih.
Pariwisata, adat, dan budaya
Beberapa objek wisata di Kabupaten Aceh Tengah adalah Danau Laut Tawar, Pantan Terong (atraksi pemandangan), Taman Buru Linge Isak (berburu), Gua Loyang Koro, Loyang Pukes, Loyang Datu, Burni Klieten (hiking), Gayo Waterpark (wahana wisata keluarga) dan Krueng Peusangan (rafting).
Didong merupakan salah satu kesenian asli yang berasal dari daerah dataran tinggi ini. Sekelompok orang duduk bersila membentuk lingkaran. Salah seorang ceh akan mendendangkan syair-syair dalam bahasa Gayo dan anggota yang lain akan mengiringi dengan tepukan tangan dan tepukan bantal kecil dengan ritme yang harmonis.
Pertanian dan perkebunan
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Aceh Tengah berprofesi sebagai petani dan pekebun. Kabupaten Aceh Tengah menghasilkan salah satu jenis kopi arabika terbaik di dunia. Komoditas penting selain kopi adalah padi, sayur dan tembakau. Kegiatan perkebunan kopi dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah hutan yang ada di wilayah ini.
Demografi
Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Gayo. Selain itu terdapat pula suku-suku lainnya, seperti Suku Aceh dan Suku Jawa. 99 persen masyarakat Aceh Tengah beragama Islam. Masyarakat Aceh Tengah memiliki tradisi tahunan pada saat perayaan proklamasi Indonesia yaitu pacu kuda tradisional. Hal yang unik dari pacu kuda tradisional ini adalah jokinya yang muda berumur antara 10-16 tahun. Selain itu, joki juga tidak menggunakan sadel.Pada umumnya, orang Gayo, penduduk dominan di kabupaten ini dikenal dari sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan. Daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Masyarakat Gayo adalah penganut Islam yang kuat. Masyarakat di Gayo banyak yang memelihara kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Aceh maka orang itu sedang berada di Gayo.
Pemerintahan
Bupati- Abdul Wahab (1945-1949) dan (1958-1964)
- Zaini Bakri (1949-1952)
- M. Husin (1952-1953)
- Mude Sedang (1953-1955)
- M. Sahim Hasimi (1955-1958)
- M. Saleh Aman Sari (1964-1966)
- M. Isa Amin (1966-1969)
- Nyak Abas (1969-1970)
- Nurdin Sufi (1970-1975)
- M. Beni Banta Cut, BA (1975-1985)
- M. Jamil (1985-1990)
- Drs. Zainuddin Mard (1990-1991)
- Drs. T.M. Yoesoef Zainoel (1991-1992)
- Drs. Buchari Isaq (1982-1998)
- Drs. Mustafa M. Tamy, MM (1998-2004)
- Ir. H. Nasaruddin, MM (2004-2006)
- Drs. H. Syahbuddin. BP (2006-2007)
- Ir. Nasaruddin, MM (2007-2012)
Bupati yang sekarang adalah Nasaruddin menggantikan Syahbuddin, sedangkan Wakil Bupati adalah Drs. H. Djauhar Ali. Mereka dilantik oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada tanggal 3 April 2007. Ir. H. Nasaruddin, MM lahir di Takengon, 17 Juli 1957. Meraih gelar Sarjana Pertanian (S-1) dan Magister Manajemen (S-2) dari Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Sekretaris Kabupaten
- H. Darul Aman (1946-1955)
- M. Yacub Daud, BA (1955-1961)
- H. Mohd. Rizal, SH (1957-1961)
- Drs. H. Mahmud Ibrahim (1961-1985)
- Drs. M. Syarif (1985-1991)
- Drs. Buchari Isaq (1991-1992)
- Fauzi Abdullah, SE (1992-1994)
- Armia, SE (1994-1999)
- Drs. Ibnu Hadjar Laut Tawar (1999-2002)
- Ir. H. Nasaruddin (2002-2005)
- Muhammad Ibrahim, SE (2005-2009)
- Drs. Khauirul Asmara (2009-sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar